Mengenal Imam Syathibi beserta karangannya, Matan Syathibiyyah (nadzom qiraah sab'ah)
Sebelum saya menjelaskan biografi serta sekelumit tentang karya Imam Syathibi sang empunya qiraah, saya akan sedikit bercerita tentang bagaimana saya mengenal nadzom syathibiyyah hingga memiliki keinginan untuk mempelajari ilmu qiraah.
Setelah setengah tahun saya mengulang hafalan, kemudian saya di disimak satu Alquran langsung dalam satu dudukan. Dimulai dari hari Kamis setelah sholat Ashar hingga hari Jum'at setelah sholat Isya dengan hanya istirahat sejenak untuk makan, mandi, sholat dan tidur saja. Alhamdulillah, hari itu sangat penuh khidmat sekali hingga saya tak bisa membendung rasa haru dan sedih ketika do'a khotmil qur'an dipanjatkan oleh KH. Mahsun Muhammad, MA.
Selesai disimak satu Al-Qur'an, kemudian saya mengikuti Haflah Khotmil Quran Bilghoib yang mana itu merupakan kali pertama diadakan di Ponpes Dar Al Tauhid Arjawinangun Cirebon. Haflah Khotmil Quran Bilghoib tersebut bersamaan dengan Haflah Khotmil Juz Amma dan Khotmil Quran Binnadzri. Alhamdulilah, semua ini berkat keistiqomahan, ketelatenan, dan do'a dari Umi Nisa selaku guru Alquran saya serta doa dan dukungan dari kedua orang tua, keluarga, para santri, teman-teman dan asatidz Ponpes Dar Al Tauhid.
Kemudian setelah itu, saya diberi amanah oleh Abi Mahsun untuk menjadi imam sholat tarawih di musholla pesantren bersama Kang Barok (santri Ponpes Darqis Lebaksiu Tegal) dan Kang Hasyim (salah satu pengajar di Ponpes Dar Al Qur'an Arjawinangun). Di pesantren kami, sholat tarawih dilaksanakan dengan menggunakan bacaan Alquran sebanyak satu setengah juz setiap hari dengan dua kaca (halaman) pada rakaat pertama dan satu kaca pada rakaat kedua dengan tujuan agar bisa khatam pada tanggal 20 ramadan.
Berangkat dari pengalaman-pengalaman tersebut, saya semakin semangat dalam mempelajari dan ingin terus menggali ilmu-ilmu yang terkandung dalam Alquran. Sebelum daftar ke Mesir, saya mendaftar beasiswa Universitas Islam Madinah terlebih dahulu karena saya ingin sekali mengambil jurusan Qiro'ah disana seperti Walid Ahsin (Dr. KH. Ahsin Sakho Muhammad,MA) dulu.
Setelah melengkapi berkas-berkas, kemudian saya meminta rekomendasi dari Walid Ahsin dan Abah Basith (KH. Abd Basith, sepupu Walid Ahsin sekaligus Pengasuh Ponpes BIQ Susukan Cirebon yang juga merupakan alumni Universitas Islam Madinah). Pada saat itu, beliau menyarankan agar saya mempersiapkan hafalan matan syathibiyyah, karena jika ingin mengambil jurusan qiraah di UIM Madinah harus memiliki celengan hafalan nadzom syathibiyyah tersebut.
Karena pada saat itu saya tidak berani menanyakan perihal nadzom tersebut kepada beliau, akhirnya saya bertanya-tanya sekaligus meminta motivasi kepada Gus Azka (Putra Abah Basith) yang sedang menempuh pendidikan S1 di UIM dan kebetulan beliau sedang berada di rumah. Selesai mengobrol, kemudian saya diberikan foto nadzom syathibiyyah oleh beliau dan dari situlah saya mengenal nadzom syathibiyyah.
Setelah itu, saya mencari-cari nadzom tersebut di berbagai toko kitab di Kota Cirebon dan tidak ada satupun yang memiliki stok nadzom tersebut dikarenakan sedikitnya peminat. Alhasil, saya tidak jadi menghafalkan nadzom tersebut hingga akhirnya saya diterima di Universitas Al Azhar dan berangkat ke Mesir.
Sungguh terlalu wkwkwk.
Setelah beberapa bulan di Mesir, saya teringat kembali akan nadzom tersebut dan akhirnya saya membeli kitab nadzom tersebut dan mulai menghafalnya hingga sekarang.
Dan alhamdulilah, dua minggu yang lalu saya mulai mengikuti kelas dauroh online syarh matan syathibiyyah bersama Syekh Musthofa Halus yang merupakan salah satu dosen di Fakultas Alquran Universitas Al Azhar Thanta.
____
Imam Syathibi, sang empunya qiraah memiliki nama lengkap Imam Abu Qosim bin Firruh bin Kholaf bin Ahmad Asyyathibi. Lahir pada akhir tahun 538 H di Syathibah (Xativa dalam Bahasa Spanyol, sebuah kota di bagian timur Spanyol di Provinsi Valencia). Disana, ia mempelajari serta menekuni ilmu qiraah kepada gurunya yaitu Imam Abu Abdillah Muhammad bin Abi Ash Annafari. Setelah belajar kepada gurunya, kemudian ia pindah ke kota Valencia (بلنسية dalam Bahasa Arab) untuk bertalaki dan mengkaji kitab At-taisir karya Imam Abi Amr Addani juga ilmu-ilmu qiraah dan ilmu hadits kepada Imam Ibnu Hudzail. Ia juga bertalaki kitab Imam Sibawaih, Kitab Al-Kamil (Kitab tentang Sastra Arab karya Imam Mubarrid) dan kitab Adabul katib karya Imam Ibnu Qutaibah kepada Imam Abi Abdillah Muhammad bin Hamid.
Setelah banyak bertalaki kepada beberapa gurunya di Spanyol, kemudian Imam Syathibi pergi melakukan ibadah haji melalui jalur Kota Alexandria, Mesir. Saat di Alexandria, ia bertalaki kepada Imam Abi Thohir Assilfi dan imam-imam lainnya dari berbagai Ulama terkemuka di Mesir.
Ketika ia memasuki Kota Kairo, masyarakat-masyarakat kota Kairo berkumpul menghadap kepadanya untuk menyerap ilmu-ilmunya serta meneladani adabnya yang begitu santun. Setelah itu, kabar tentang Imam Syathibi sampai pada pemerintah Mesir dan ia langsung ditemui sekaligus diberikan tempat yang mulia oleh pemerintah Mesir pada saat itu. Kemudian ia dijadikan guru di Madrasah Al Fadhiliyyah di Kairo sehingga ia lebih leluasa dalam menyebarkan ilmunya di Mesir melalui madrasah tersebut. Dan banyak sekali ulama-ulama dari berbagai arah pelosok Mesir yang hadir dalam majelisnya untuk bertalaki ilmu-ilmu Alquran.
Di Madrasah tersebut, ia mengarang kitab berupa nadzom-nadzom yang didalamnya terdapat empat komponen penting dalam ulumul qur'an, yaitu :
1. Hirzul Amani. Merupakan nadzom berisi ringkasan kitab At-taisir yang menjelaskan tentang qiraah sab'ah karya Imam Abi Amr Utsman bin Sa'id Addani.
2. 'Aqilatu atrobil qoshoid. Merupakan nadzom yang menjelaskan rosm mushaf utsmani juga merupakan ringkasan kitab Al-muqni' karya Imam Abi Amr Utsman bin Sa'id Addani.
3. Nadzimatuzzuhri. Merupakan nadzom yang menjelaskan tentang tata cara mengetahui fawashilil quran (Akhir ayat dan waqof dalam Al-Qur'an).
4. Qosidah Daliyah. Merupakan nadzom yang meringkas kitab At-tamhid karya Imam Ibnu Abdil Birri.
Imam Syathibi merupakan imam yang diakui keilmuannya. Ia merupakan implementasi dari ilmu-ilmu Alquran, Hadits, dan bahasa. Ketajaman fikirannya, kecerdasan akalnya serta kekuatan nalarnya merupakan bukti dari tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Dan ia dihiasi dengan sikap zuhud (meninggalkan kesenangan duniawi), waro' (menghindari diri dari hal-hal yang tidak baik dan syubhat), senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dengan memperbanyak beribadah, selalu dalam keadaan suci (berwudhu) ketika membaca kitab / mengajar, dan ia melarang murid-murid nya memperdalam sesuatu kecuali terhadap ilmu dan Alquran.
Ketika ia jatuh sakit, ia tidak pernah mengeluh bahkan menangis. Ia adalah teladan yang luhur dalam kesabaran dan berserah diri serta taat terhadap hukum-hukum Allah.
Ketika seseorang bertanya tentang keadaannya, ia tidak menambahkan jawaban apapun kecuali "sehat".
Imam Syathibi wafat pada tanggal 28 Jumadil akhir tahun 590 H di usia 52 tahun (secara hijriah). Ia dimakamkan di komplek pemakaman Qorofah, di kaki gunung muqattam Kairo, Mesir. Makamnya sangat terkenal hingga sampai sekarang pun masih banyak yang berziarah kesana. Semoga Allah senantiasa mencurahkan segala rahmat-Nya untuknya serta kita mendapatkan keberkahan dan kebaikan dari beliau aamiin ya rabbal alamin (alfatihah untuk Imam Syathibi).
(Dinukil dari kitab Al-Wafi, syarh matan syathibiyyah).
____
Matan syathibiyyah yang bernama حرز الأماني و وجه التهاني adalah kitab yang berisi nadzom-nadzom yang menjelaskan tentang ilmu tajwid, ilmu-ilmu Al Qur'an serta ilmu qiro'ah sab'ah. Nadzom syathibiyyah ini menggunakan bahr thowil (langgam syair Arab, biasanya akhir bait nadzom tidak memiliki sajak atau ira yang sama dan kalimatnya cenderung lebih panjang serta agak susah dilafalkan dengan berbagai nada).
Nadzom ini berjumlah 1173 nadzom dengan muqoddimah (pembukaan) yang berisi tentang nasihat serta motivasi untuk para penghafal Alquran, penjelasan komponen-komponen penting dalam ilmu tajwid seperti hukum mad, idghom, imalah dan sebagainya, penjelasan imam-imam qiraah sab'ah sekaligus rumus (kode) imam qiraah, serta kaidah-kaidah yang memudahkan dalam memahami serta membedakan antara qiraah imam satu dengan imam yang lainnya.
Kemudian setelah muqoddimah, nadzom ini menjelaskan tentang فرش الحروف. Farsy berarti perbedaan bacaan antar Imam qiraah yang terdapat dalam beberapa kalimat seperti hukum isymam, iskanul ha', membaca takhfif, dsb. Adapun pengertian harf dalam ilmu qiraah berarti qiraah dari imam-imam itu sendiri, contoh : Harful kisai berarti qiro'ah Imam Kisai.
Jadi, فرش الحروف adalah bab yang menjelaskan tentang perbedaan bacaan qiraah antar imam dalam beberapa kalimat yang terdapat dalam surat-surat Alquran.
Beliau merinci perbedaan-perbedaan tersebut sesuai dengan urutan surat-surat dalam Alquran.
Setelah itu, nadzom ini menjelaskan tentang خاتمة النظم (penutup) yang berisi penjelasan makhroj dan sifat huruf dan bab takbir kemudian ditutup dengan do'a.
Dalam nadzom syathibiyyah, Imam Syathibi menadzomkan lafadz Alquran yang sesuai dengan bacaan qiraah imam dengan memberikan kode/rumus imam qiraah sab'ah tersebut. Kode tersebut baik berupa huruf ataupun kalimat. Misal, huruf ج merupakan kode Imam Warsy. Artinya, kalimat dalam nadzom yang diawali dengan huruf ج dan diatas kalimatnya terdapat kode huruf ج maka bacaan kalimat Alquran tersebut menurut qiraah Imam Warsy.
Berikut contoh dalam nadzom :
Atau kalimat حرمي, yang merupakan kode dari kesepakatan bacaan antara Imam Nafi' dan Imam Ibnu Katsir. Maka nadzom-nadzom yang terdapat kalimat حرمي adalah bacaan qiraah menurut Imam Nafi' dan Imam Ibnu Katsir. Contoh dalam nadzom :
وَيَحْزُنُنِيْ حِرْمِيُّهُمْ تَعِدَانِنِى - حَشَرْتَنِىَ اعْمَى تَأْمُرُوْنِىَ وَصَّلَا
Selain itu, dalam menentukan perbedaan antar bacaan qiraah dalam nadzom, Imam Syathibi memisahkannya dengan واو فيصل (huruf wawu yang berfungsi memisahkan qiraah imam satu dengan yang lainnya dalam nadzom) agar tidak terjadi percampuran antar qiraah.
Contoh dalam nadzom :
ومالك يوم الدين راويه ناصر * وعند صراط والصراط ل قنبلا
Dalam nadzom tersebut, ayat مالك يوم الدين dibaca mad menurut qiraah Imam Ashim dan Kisai. Kemudian, setelah penjelasan ayat tersebut Imam Syathibi menambahkan huruf wawu sebelum penjelasan qiraah ayat selanjutnya yakni pada lafadz وعند.
Tidak hanya itu, banyak sekali keajaiban-keajaiban yang terdapat dalam nadzom syathibiyyah ini sehingga kita semua bisa lebih mudah dalam memahami ilmu qiraah sab'ah dengan cara menghafal dan memahami kaidah-kaidah nadzom ini.
Perlu diketahui, bahwa Imam Syathibi merupakan orang pertama yang menciptakan nadzom qiraah dengan menggunakan kode/rumus tersebut. Tidak ada satupun yang membuat nadzom qira'ah seperti ini sebelumnya. Imam Ja'bari pun mengungkapkan bahwa Imam Syathibi adalah sang pencipta nadzom qiraah.
Demikianlah apa yang disampaikan oleh Syekh Musthofa Halus dalam pertemuan kedua di kelas dauroh online syarh matan syathibiyyah hari Jumat lalu.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semoga kita semua bisa menjadi ahlul quran serta bisa mempelajari ilmu qiraah yang sungguh indah dan menakjubkan ini.
Aamiin ya rabbal 'alamin..
ماشاء الله أحب هذا المتن فأحببت صاحبه وأحب قارئيه فبارك الله لنا ولكم جميعا ونفعنا الله بعلومه وعلومك وألف ألف ألف مبروك عليك. فهذا متن فيه أبيات وآيات عجائب عجائب عجائب. أحب الصالحين ولست منهم وعسى أن أنال بهم الشفاعة... "توفني مسلما وألحقني بالصالحين".
BalasHapusآمين يارب العالمين، شكرا كثيرا وجزاكم الله أحسن الجزاء
HapusTerimakasih atas sharing pengalaman acuang Uki, semoga semakin banyak yang mengikuti jejak dan semangat acuang uki dalam menuntut ilmu.
BalasHapusLuar biasa 👍
BalasHapusTerus berbagi pengalaman dan catatan-catatan nya kang,
Luar biasa 👍
BalasHapusTerus berbagi pengalaman dan catatan-catatan nya kang,
Kang Subuki, tulisannya sangat membantu dan mengapresiasi. Semoga saya bisa mengikuti jejak njenengan.
BalasHapusSalam santri Dar Al Tauhid.